Sample Text

Total Pageviews

Jam

Facebook Pages

Google +

Our Topics

Affiliates

Poll

About Us

Resource

Diberdayakan oleh Blogger.

Ads 468x60px

Social Icons

Followers

Featured Posts

Makalah Tentang Pondok Pesantren


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Penelitian
Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal yang tersebar di Indonesia. Dimana pondok pesantren lahir ditengah-tengah masyarakat. Setiap pondok pesantren memiliki ciri khas yang berbeda-beda tergantung dari bagaimana tipe reader shipnya dan metode seperti apa yang diterapkan dalam pembelajarannya.
Seiring dengan perkembangan zaman, tidak sedikit pesantren yang mencoba menyesuaikan dan bersedia menerima akan suatu perubahan, namun tidak sedikit pula pesantren yang memiliki sikap penutup diri dari segala perubahan-perubahan dan pengaruh perkembangan zaman dan cenderung mempertahankan apa yang menjadi keyakinan. Untuk itu disini akan mencoba menelaah seperti apa ciri-ciri pesantren yang bersikap dinamis dan dilihat dari segi apa saja pesantren tersebut dikatakan sebagai pesantren yang bersikap dinamis, agar kita dapat melihat dan menyimpulkan sendiri apakah pesantren yang dimaksud bersikap dinamis ataukah statis.[1]
B.     Rumusan Masalah Penelitian
1.      Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren salaf An-nur ?
2.      Bagaimana jadwal pelajaran yang diterapkan di pondok pesantren salaf An-nur ?
3.      Seperti apa metode pembelajaran yang diterapkan di pondok pesantren salaf An-nur ?
4.      Apa saja materi yang disajikan di pondok pesantren salaf An-nur ?
5.      Bentuk evaluasi seperti apa yang diterapkan di pondok pesantren salaf An-nur ?
6.      Berdasarkan analisis, apakah pondok pesantren salf An-nur bersifat dinamis atau statis ?




C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui sejarah berdirinya pondok pesantren salaf An-nur.
2.      Untuk mengetahui jadwal pembelajaran yang ditetapkan di pondok pesantren salaf An-nur.
3.      Untuk mengetahui sseperti apa metode yang di terapkan di pondok pesantren salaf An-nur.
4.      Untuk mengetahui materi apa saja yang disajikan di pondok pesantren An-nur saalaf.
5.      Untuk mengetahui bentuk evaluasi seperti apa yang di tetapkan di pondok pesantren salaf An-nur.
6.      Untuk menganalisis apakah pondok pesantren saalaf An-nur termasuk pondok pesantren yang bersifat statis atau dinamis.
D.    Metode Penelitian
Dalam mengumpulkan data dan memperoleh data-data yang saya butuhkan, saya menggunakan dua metode penelitian, yaitu :
1.      Metode Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode penelitian dengan cara “tanya-jawab” secara langsung dengan nara sumber yang bersangkutan. Dimana dalam hal ini kami melakukan wawancara dengan salah satu pengajar dan santri pondok pesantren salaf An-nur.
2.      Metode Observasi
Observasi merupakan salah satu metode penelitian dengan cara terjun langsung ke objek penelitian, kemudian mencatat, merekam, dan bahkan mengabadikan hal-hal yang sekiranya menunjang dalam proses penelitian melalui kamera digital atau media yang lainnya.   






BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Termologi Pesantren
Istilah pesantren bisa disebut pondok saja atau kata ini digabungkan menjadi pondok pesantren, secara esensial, semua istilah ini menggabungkan makna yang sama. Sesuai dengan namanya, pondok berarti tempat tinggal/menginap (asrama), dan pesantren berarti tempat para santri mengkaji agama islam dan sekaligus di asramakan.
Menurut M.Arifin (1991) dikutip oleh Mujamil Qomar. Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dari leader ship seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal. Penggunaan gabungan kedua istilah antara pondok dengan pesantren menjadi pondok pesantren, sebenarnya lebih mengakomodasikan karakter keduanya. Namun penyebutan pondok pesantren kurang jami’ ma’ni (singkat padat). Selagi perhatiannya dapat diwakili istilah yang lebih singkat, karena orang lebih cenderung mempergunakan yang pendek. Maka pesantren dapat digunakan untuk menggantikan pondok atau pondok pesantren.
Bardasarkan lembaga reseach islam (pesantren luhur) mendefinisikan pesantren merupakan suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggal.
B.     Tujuan Pesantren
Tujuan pesantren merupakan bagian terpadu dari faktor-faktor pendidikan. Tujuan merupakan rumusan hal-hal yang diharapkan dapat tercapai melalui metode, sistem dan strategi yang diharapkan. Dalam hal ini tujuan menempati posisi yang amat penting dalam proses pendidikan sehingga materi, metode dan alat pengajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan.
Pada dasarnya pesantren sebagai lembaga pendidikan islam, tidak memiliki tujuan yang formal tertuang dalam teks tertulis. Namun hal itu bukan berarti pesantren tidak memiliki tujaun, setiap lembaga pendidikan yang melakukan suatu proses pendidikan, sudah pasti memiliki tujuan-tujuan yang diharapkan dapat dicapai, yang membedakan hanya apakah tujuan-tujuan tersebut tertuang secara formal dalam teks atau hanya berupa konsep-konsep yang tersimpan dalam fikiran pendidik. Hal itu tergantung dari kebijakan lembaga yang bersangkutan.
Untuk mengetahui tujuan pesantren dapat dilakukan melalui wawancara kepada kiai atau pengasuh pondok yang bersangkutan. Menurut Mastuhu berdasarkan wawancara yang dilakukannya, bahwa tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan menggambarkan kepribadian muslim yaitu kepribadian yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau khidmat kepada mesyarakat dengan jalan menjadi kaula atau abdi masyarakat yang diharapkan seperti kepribadian rasul yaitu pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhamad SAW, mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebabkan agama atau menegakkan islam dan kejayaan umat ditengah-tengah masyarakat (Izz.al-Islam wa al-muslimin) dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepriadian manusia.
Menurut keputusan hasil musyawarah/lokakarya intensifikasi pengembangan pondok pesantren yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 2 s/d 6 mei 1978, tujuan umum pesantren yaitu membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut. Pada segi kehidupannnya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat dan negara.
Adapun tujuan khusus pesantren adalah :
1.        Mendidik siswa/santri anggota masyarakat untuk menjadi seorangmuslim yang bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia,memiliki kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang berpancasila.
2.        Mendidik siswa/santri untuk menjadikan manusia muslim selaku kader-kader ulama dan mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta dalam mengamalkan sejarah islam secara utuh dan dinamis.
3.        Mendidik siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan dirinya dan bertanggung jawab kepada pembangunan bangsa dan negara.
4.        Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan mikro (keluarga) dan regional (pedesaan/masyarakat lingkungannya).
5.        Mendidik siswa/santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan mental-spiritual.
6.        Mendidik siswa/santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan masyarakat bangsa.
Semua tujuan yang telah disebutkan diatas semuanya dirumuskan melalui pemikiran (asumsi), wawancara yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya maupun keputusan musyawarah/loka karya.[2]
C.    Metode Pendidikan Pesantren
1.      Metode Tradisional
a.       Metode sorogan
Metode sorogan merupakan metode yang ditempuh dengan cara ustadz menyampaikan pelajaran kepada santri secara individual. Sasaran metode ini biasanya kelompok santri pada tingkat rendah yaitu mereka yang baru menguasai pembacaan Al-quran. Melalui sorogan, pengembangan intelektual santri dapat ditangkap oleh kiai secara utuh. Dia dapat memberikan bimbingan penuh sehingga dapat memberikan tekanan pengajaran terhadap santri-santri tertentu atas dasar observasi langsung terhadap tingkat kemampuan dasar dan kapasitas mereka. Kelemahan penerapan metode ini menuntut pengajar untuk besikaf sabar dan ulet, selain itu membutuhkan waktu yang lama yang berarti pemborosan, kurang efektif dan efisien. Kelebihannya yaitu secara signifikan  kiai/ustadz mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan santri dalam menguasai materi yang diajarkan.
b.      Metode Wetonan
Metode wetonan atau di sebut juga metode bandungan adalah metode pengajaran dengan cara ustadz/kiai  membaca, menerjemahkan, menerangkan dan mengulas kitab/buku-buku keislaman dalam bahasa arab, sedangkan santri mendengarkannya. Mereka memperhatikan kitab/bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata yang diutarakan oleh ustadz/kiai.
Kelemahan dari metode ini yaitu mengakibatkan santri bersikaf pasif. Sebab kreatifitas santri dalam proses belajar mengajar di domoninasi oleh ustadz/kiai, sementara santri hanya mendengarkan dan memperhatikan.
Kelebihan dari metode ini yaitu terletak pada pencapaian kuantitas dan pencapaian kjian kitab, selain itu juga bertujuan untuk mendekatkan relasi antara santri dengan kiai/ ustadz.
c.       Meode Ceramah
Metode ceramah ini merupakan hasil pergeseran dari metode wetonan dan metode sorogan. Said dan Affan melaporkan bahwa metode wetonan dan metode sorogan yang semula menjadi ciri khas pesantren, pada beberapa pesantren telah diganti denganm metode ceramah sebagai metode pengajaran yang pokok dengan sistem klasik. Namun pada beberapa pesantren lainnya masih menggunakan metode sorogan dan wetonan untuk pelajaran agama, sedangkan untuk pelajaran umum menggunakan metode ceramah. (Said dan Affan : 98).
Kelemahan dari metode ini justru mengakibatkan santri menjadi lebih fasif, sedangkan kelebihannya yaitu mampu menjangkau santri dalam jumlah banyak, bisa diterapkan pada peserta didik yang memiliki kemampuan heterogen dan pengajar mampu menyampaikan materi yang relatif banyak.
d.      Metode Muhawarah
Metode muhawarah adalah metode yang melakukan kegiatan bercakap-cakap dengan menggunakan bahasa arab yang diwajibkan pesantren kepada para santri selama mereka tinggal di pondok.(Arifin :39). Sebagian pesantren hanya mewajibkan pada saat tertentu yang berkaitan dengan kegiatan lain, namun sebagian pesantren lain ada yang mewajibkan para santrinya setiap hari menggunakan bahasa arab.
Kelebihan dari penerapan metode ini yaitu dapat membentuk lingkungan yang komunikatif antara santri yang menggunakan bahasa arab dan secara kebetulan dapat menambah pembendaharaan kata (mufradat) tanpa hafalan. Pesantren yang menerapkan metode ini secar intensif selalu berhasil mengembangkan pemahaman bahasa.
e.       Metode Mudzakarah
Metode mudzakarah adalah suatu pertemuan ilmiah yang secara spesifik membahas masalah diniyyah seperti aqidah, ibadah dan masalah agama pada umumnya. Aplikasi metode ini dapat mengembangkan dan membangkitkan semangat intelektual santri. Mereka diajak berfikir ilmiah dengan menggunakan penalaran-penalaran yang didasarkan pada Al-qur’an dan Al-sunah serta kitab-kitab keislaman klasik. Namun penerapan metode ini belum bisa berlangsung optimal, ketika para santri membahas aqidah khususnya, selalu dibatasi pada madzhab-madzhab tertentu. Materi bahasan dari metode mudzakarah telah mengalami perkembangan bahkan diminati oleh kiai yang bergabung dalam forum bathsul masail dengan wilayah pembahasan yang sedikit meluas.
f.       Metode Majlis Ta’lim
Metode majlis ta’lim adalah metode menyampaikan pelajaran agama islam yang bersifat umum dan terbuka,  yang dihadiri jama’ah yang memiliki latar belakang pengetahuan, tingkat usia dan jenis kelamin.
Metode ini tidak hanya melibatkan santri mukmin dan santri kalong (santri yang tidak menetap di asrama cuma belajar dipesantren ) saja tetapi masyarakat sekitar pesantren yang tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti pengajian setiap hari. Pengajian majlis ta’lim bersifat bebas dan dapat menjalin hubungan yang akrab antara pesantren dan masyarakat sekitarnya.[3]
2.      Metode Kombinasi
Sesuai dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan teknologi banyak pesantren yang melakukan pembenahan dalam metode pembelajaran, hal itu dilakukan guna memperbaiki kualitas-kualitas sumber daya santri sehingga bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Berdaarkan persfektif metodik, pesantren terpolarisasikan menjadi tiga kelompok yaitu:
a.       Pesantren yang hanya meggunakan satu metode yang bersifat tradisional dalam mengajarkan kitab-kitab klasik.
b.      Pesantren yang hanya menggunakan metode-metode hasil penyesuaian dengan metode yang dikembangkan pendidikan formal.
c.       Pesantren yang menggunakan metode-metode bersifat tradisional dan mengadakan penyesuaian dengan metode pendidikan yang dipakai dalam lembaga pendidikan formal.
Berikut ini beberapa metode hasil penyesuaian dengan pendidikan formal yaitu :
1)      Metode Karya Wisata
Metode karya wisata tampaknya masih terdengar cukup asing bagi pesantren kecuali ziarah makam-makam wali songo atau ziarah kemakam-makam kiai terdahulu. Saefudin Zuhri menggambarka “bahwa di beberapa pesantren, para santri tidak hanya menyibukkan diri dalam mengaji dan belajar, namun ada juga saat-saat rekreasi atau liburan”.
2)      Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan metode biasa diterapkan di perguruan tinggi, namun sekarang metode ini juga diterapkan di pesantren. Diskusi membuka kesempatan timbulnya pemikiran yang liberal dengan dasar argumen ilmiah. Melalui metode ini ekslusivisme pemikiran di pesantren dapat terbongkar, feodalisme pengajaran dari kiai dan ustadz memperoleh perlawanan, sikap toleran, sportif terhadap munculnya ide-ide baru menemukan penyaluran dan mendorong timbulnya daya kreatif yang tajam.[4]
D.    Transformasi Kurikulum Pesantren
1.      Materi Dasar Keislaman Dengan Ilmu Keislaman
Sistem pendidikan dipesantren tidak didasarkan pada kurikulum yang digunakan secara luas, tetapi diserahkan pada penyesuaian elastis antara kehendak kiai dengan kemampuan santrinya secara individual.
Ketika masih berlangsung dilanggar (surau) atau masjid, kurikulum pengajian masih dalam bentuk yang sederhana, yakni berupa inti ajaran islam yang mendasar. Rangkaian trio komponen ajaran islam yang berupa iman, islam dan insan atau dokrin, ritual, dan mistik telah menjadi perhatian kiai perintis pesantren sebagai kurikulum yang diajarkan kepada santrinya. Penyampaian tiga komponen ajaran islam tersebut dalam bentuk yang paling mendasar, sebab disesuaikan dengan tingkat intelektual dengan masyarakat (santri) dan kualitas keberagamaannya pada waktu itu.
Peralihan dari langgar (surau) atau masjid lalu berkembang menjadi pondok pesantren ternyata membawa perubahan materi pengajaran. Dari sekedar pengetahuan menjadi suatu ilmu.
Dalam perkembangan selanjutnya, santri perlu di berikan bukan hanya ilmu-ilmu yang terkait dengan ritual keseharian yang bersifat praktis-pragmatis, melainkan ilmu-ilmu yang berbau penalaran yang menggunakan referensi wahyu seperti ilmu kalam, bahkan ilmu-ilmu yang menggunakan cara pendekatan yang tepat kepada Allah seperti tasawuf.
Ilmu kalam atau ilmu tauhid memberikan pemahaman dan keyakinan terhadap ke-esaan Allah, fiqih memberikan cara-cara beribadah sebagai konsekuensi logis dari keimanan yang telah dimiliki seseorang pada penyempurnaan ibadah agar menjadi orang yang benar-benar dekat dengan Allah.
2.      Penambahan dan Perincian Materi Dasar
Kurikulum pesantren berkembang menjadi bertambah luas lagi dengan penambahan ilmu-ilmu yang masih merupakan elemen dari materi pelajaran yang diajarkan pada masa awal pertumbuhannya. Beberapa laporan mengenai materi pelajaran tersebut dapat disimpulkan yaitu: al-qur’an dengan tajwid dan tafsir, aqa’id dan ilmu kalam ,fiqih dengan ushul fiqih dan qawaid al-fiqh, hadits dengan mushthalah hadits, bahasa arab dengan ilmu alatnya seperti nahwu, sharaf, bayan, ma’ani, badi, dan ‘arudh, tarikh, mantiq, tasawuf, akhlak dan falak.
Tidak semua pesantren mengajarkan ilmu tersebut secara ketat. Kombinasi ilmu tersebut hanyalah lazimnya ditetapkan di pesantren. Beberapa pesantren lainnya menetapkan kombinasi ilmu yang berbeda-beda karena belum ada standarisai kurikulum pesantren baik yang berskala lokal, regional maupun nasional. Standarisasi kurikulum barang kali tidak pernah berhasil ditetapkan disuruh pesantren.
Sebagian besar kalangan pesantren tidak setuju dengan standarisasi kurikulum pesantren. Variasi kurikulum pesantren justru diyakini lebih baik. Adanya variasi kurikulum pada pesantren akan menunjukan ciri khas dan keunggulan masing-masing. Sedangkan penyamaran kurikulum terkadang justru membelenggu kemampuan santri.
Dengan cermat Saridjo dkk. Menyebutkan bahwa pengetahuan-pengetahuan yang paling diutamakan adalah pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan bahasa arab (ilmu sharaf dan ilmu alat yang lain) dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu syari’at sehari-hari (ilmu fiqih,baik berhubungan dengan ibadah maupun mu’amalahnya). Sebaliknya, dalam perkembengan terakhir fiqih justru menjadi ilmu yang paling dominan.[5]
3.      Penyempitan Orientasi Kurikulum
Pada umumnya pembagian keahlian dilingkungan pesantren telah melahirkan produk-produk pesantren yang berkisar pada: nahwu-sharaf, fiqih, aqa’id, tasawuf, hadits, tafsir, bahasa arab dan lain sebagainya.
a.       Nahwu-Sharaf
Istilah nahwu-sharaf ini mungkin diartikan sebagai gramatika bahasa arab. Keahlian seseorang dalam gramatika bahasa arab ini telah dapat merubah status-keagamaan, bentuk keahliannya yaitu kemampuan mengaji atau mengajarkan kitab-kitab nahwu-sharaf tertentu, seperti al-jurumiyah,al-fiyah,atau untuk tingkat yang lebih tingginya lagi, dari karya ibnu Aqil.
b.      Fiqih
Menurut Nurcholish Madjid, keahlian dalam fiqih merupakan konotasi terkuat bagi kepemimpinan keagamaan Islam, sebab hubungan yang erat dengan kekuasaan. Faktor ini menyebabkan meningkatnya arus orang yang berminat mendalami dalam bidang fiqih. Umumnya fiqih diartikan sebagai kumpulan hukum amaliah (sifatnya akan diamalkan) yang di syariatkan Islam.
c.       Aqa’id
Aqa’id meliputi segala hal yang bertalian dengan kepercayaan dan keyakinan seorang muslim. Tetapi, menurut Nurcholis Madjid, meskpun bidang pokok-pokok kepercayaan atau aqa’id ini disebut ushuludin (pokok-pokok agama), sedangkan fiqih disebut furu (cabang-cabang), namun kenyataannya perhatian pada bidang aqa’id ini kalah besar dan kalah antusias dibanding dengan perahtiaan pada bidang piqih yang hanya merupakan cabang (furu).
d.      Tasawuf
Pemahaman yang berkembang tentang ilmu tasawuf hanya seputar tarikat, suluk, dan wirid. Bahkan dongeng tentang tokoh-tokoh legendaris tertentu, hingga menimbulkan kultusme pada tokoh-tokoh tertentu baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Praktek tasawuf seperti ini banyak diamalkan di Indonesia.
e.       Tafsir
Keahlian dibidang tafsir ini amat diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya penyelewengan-penyelewengan dalam menafsirkan al-qur’an. Peran tafsir sangat urgen dan strategis sekali untuk menangkal segala kemungkinan tersebut.
f.       Hadits
Nurcholis Madjid berpendapat, produk pondok pesantren menyangkut keahlian dalam hadits jauh relatif kecil bila dibandingkan dengan tafsir. Padahal penguasaan hadits jauh lebih penting, mengingat hadits merupakan sumber hukum agama (Islam) kedua setelah al-qur’an. Keahlian dibidang ini tentu saja amat diperlukan untuk pengembangan pengetahuan agama itu sendiri. 
g.      Bahasa Arab
Keahlian dibidang ini harus dibedakan dengan keahlian dalam nahwu-sharaf diatas. Sebab, titik beratnya ialah penguasaan “materi” bahasa itu sendiri, baik pasif maupun aktif. Kebanyakan mereka kurang mengenal lagi kitab-kitab nahwu-sharaf seperti yang biasa dikenal di pondok-pondok pesantren.[6]

E.     Tipe Pendidikan
Weber mengemukakan tiga tipe pendidikan yaitu :
1.      Pendidikan kharismatik ialah membangkitkan intuisi agama serta kesiapan rohani mencapai pengalaman trensendental.
2.      Pendidikan untuk kebudayaan ialah tipe yang didasarkan pada pendirian bahwa isi-isi (kebudayaan) tertentu yang ditanggapi sebagai sesuatu yang klasik dan memiliki kemampuan yang kuat untuk melahirkan tipe sosial tertentu.
3.      Pendidikan spesialis ialah pendidikan tipe ini berupaya mengalihkan pengetahuan dan keterampilan khusus serta secara ketat berhubungan dengan pertumbuhan pemilihan kerja yang menjadikannya kaum spesialis (orang-orang yang memiliki keahlian khusus ) sangat diperlukan dalam masyarakat industri.
Sedangkan islam, berupaya menggabungkan ketiga tipe pendidikan diatas dalam sistemnya masing-masing dan memberikan ketinggian pada kesucian batin yang dicerminkan pada kesadaran sosial dan usaha-usaha idealistik yang ditujukan kepada penguasaan setiap kecakapan yang menjadi tuntunan tugas seseorang. [7]

















BAB III
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Pondok Pesantren Mifathussalam
Pondok pesantren mifathussalam merupakan pondok pesantren yang berada di kabupaten Cirebon, dimana. Di kabupaten Cirebon terdapat lebih dari tiga pondok pesantren yang tersebar diberbagai daerah, yang dari tiap-tiap pondok pesantren memiliki ciri dan nama masing-masing.
Pondok pesantren mifathussalam tempatnya berada di desa Ambit Kecamatan  Waled Kabupaten Cirebon. Pondok pesantren ini dibangun pertama kali pada tanggal 3 (tiga) desember 2003, dimana pondok pesantren ini secara pribadi di dirikan oleh K.H. Ghojali diatas tanah miliknya sendiri.
Proses pembangunannya memakan waktu satu bulan, dimana waktu satu bulan tersebut tidak langsung berdiri, pondok pesantren yang luas dengan sarana dan prasarananya, melainkan pertama dibangun yaitu hanya satu aula, jadi untuk tahap awal santri-santri yang melakukan kegiatan belajar mengajar dilakukan diaula. Semakin bertambahnya santri, proses pembangunan pondok pesantren pun dilakukan kembali dengan menambahkan ruangan-ruangan tempat belajar serta menambah sarana dan prasarana yang di perlukan dalam proses belajar mengajar. Pondok pesantren mifathussalam terus dikelola dengan baik dibawah asuhan K.h.Ghojali  sehingga jumlah santrinya dari waktu kewaktu bertambah. Namun K.H. Ghojali meninggal dunia dan pengelolaan pondok pesantren dialnjutkan oleh putranya yang pertama yang bernama K.H.Muhamada.
Dalam pengelolaan pondok pesantren, yang sekarang dibawah asuhan K.H.Muhamad, pondok pesantren ini semakin berkembang dengan baik, hal itu terbukti dari dilakukannya pembangunan pondok pesantren miftahussalam yang kedua, dimana pondok pesantren yang kedua ini bernama “pondok pesantren miftahussalam 2”. Dimana pondok pesantren miftahussalam 2 bertempat di belakang pondok pesantren miftahussalam yang pertama adapun jaraknya hanya 20 meter. Kini pondok pesantren smemiliki dua lokasi pesantren yang  pertama sebagai pondok induk yaitu pondok pesantren miftahussalam dan yang kedua sebagai pondok pesantren cabang yaitu pondok pesantren miftahussalam 2.
Pondok pesantren miftahussalam dikonsentrasikan khusus untuk santri-santri yang berusia tujuh belas tahun kebawah, sedangkan pondok pesantren miftahussalam sebagai pondok cabang dikonsentrasikan khusus untuk santri yang berusia tujuh belas tahun keatas. Kini berdasarkan hasil penelitian, santri yang ada di pondok pesantren induk berjumlah 50 (lima puluh) satri dan jumlah santri yang ada di pondok cabang berjumlah 45 (empat puluh lima) orang/santri .  
B.     Jadwal Pembelajaran
Pondok pesantren miftahussalam seperti yang sudah dijelaskan diatas yaitu terdiri dari dua lokasi, yang pertama yaitu, induk miftahussalam dan yang kedua miftahussalam 2. Pondok pesantren induk miftahussalam dikhususkan untuk santri yang umurnya berkisar tujuh belas tahun kebawah sedangkan di pondok pesantren miftahussalam 2 dikhususkan untuk santri yang umurnya tujuh belas tahun keatas.
Proses pembelajaran di dua lokasi ini tidak dilakukan berbarengan dalam satu lokasi setiap saat, dikarenakan masing-masing pondok pesantren sudah memiliki pembelajaran sendiri namun ada waktu-waktu tetentu dimana seluruh santri dari pondok induk dan pondok demak disatukan atau mengikuti pembelajaran. Bentuk ini merupakan uraian jadwal pembelajaran rutin yang dilakukan setiap hari untuk masing-masing pondok :
1.      Jadwal pembelajaran dipondok pesantren induk miftahussalam.
Proses pembelajaran di pondok pesantren induk sa miftahussalam terdiri dari dua sesi yaitu:
a)      kegiatan mujahadah, pada kegiatan ini santri-santri melakukan hafalan-hafalan juz amma, ada juga yang mengeja al-quran (iqro’). Kegiatan mujahadah ini dilakukan setiap hari yaitu setiap ba’da isa sampai pukul 21:30 wib. Setelah kegiatan mujahadah selesai santri-santri di perbolehkan untuk istrirahat dan tidur.
b)      kegiatan mujahadah malam, pada kegiatan ini santri dituntut untuk bangun dan melakukan shalat tahajud dan shalat hajat. Di sini pondok pesantren sengaja membentuk kebiasaan para santri untuk bangun shalat malam. Adapun waktu pelaksanaan kegiatan mujahadah malam yaitu pada pukul 23:00 wib sampai 00:30 wib. Setelah kegiatan mujahadah malam selesai, santri di perbolehkan untuk tidur kembali.
2.      Jadwal pembelajaran di pondok pesantren miftahussalam 2.
Jadwal pembelajaran di pondok pesantren miftahussalam 2terdiri atas tiga sesi yaitu :
a)      pembelajaran kitab sabrowi, dalam kegiatan ini santri-santri mencoba mempelajari dan menelaah isi dari kitab sabrowi, namun dengan dibimbing oleh para pengajar/ustadz agar pemahaman santri mengenai isi dari kitab sabrowi agar tidak melenceng dari isi kitab tersebut. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan setiap ba’da isya sampai pukul 21:00 wib.
b)      Mujadalah malam, disini santri-santri diajarkan untuk bangun malam dan mengerjakan shalat tahajud dan shalat hajat secara berjamaah.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan guna membentuk kepribadian para santri agar selalu senang tiasa mengingat dan dekat dengan Allah dalam waktu kapan pun. Waktu pelaksanaan mujadalah ini yaitu pada pukul 01:00 wib sampai pukul 02:00 wib. Setelah kegiatan mujadalah selesai santri diperbolehkan tidur kembali.
c)      Pembelajaran kitab tingkat Al-Amriti, dalam kegiatan pembelajaran ini santri diajari dan dibekali mengenai ilmu-ilmu nahwu sebagai pedoman dan penunjang penggunaan bahasa arab.
Kegiatan pembelajaran ini dilakukan setelah selesai pembelajaran kitab sabrowi sampai pukul 22:00 wib. Setelah kegiatan pembelajaran selesai para santri di perbolehkan untuk istirahat.
Disamping jadwal-jadwal yang ditetapkan masing-masing pondok, namun disini ada waktu dimana seluruh santri dari tingkat bawah sampai tingkat atas mengikuti pembelajaran. Waktunya yaitu setiap ba’da subuh, dimana santri-santri berkumpul mengikuti pengajian bersama dan melakukan hafalan surat-surat al-qur’an.
Kemudian disamping ada jadwal harian, ada juaga jadwal mingguan dan juga sesekali diadakan kegiatan wisata, dimana kegiatan ini dilakukan satu tahun sekali. Berikut ini merupakan kegiatan mingguan yang biasa dilakukan di pondok pesantren miftahussalam dan miftahussalam 2:
1.      Batsul Masail
Batsul masail merupakan kegiatan musyawarah, yang membahas mengenai isi dari beberapa kitab yang dilakukan oleh para santri yang di bimbing oleh kiai. Kegiatan ini dilakukan setiap dua minggu sekali.
2.      Roan (kerja bakti)
Roan dilakukan oleh para santri untuk membersihkan pondok pesantren, baik itu halaman, tempat belajar, kamar, dan lain-lain. Kegiatan ini dilakukan setiap hari kamis sore.
3.      Marhabanan dan Khitobah
Kegiatan ini dilakukan guna menguji mental para santri dalam berceramah, dalam kegiatan ini para santri mencoba melatih berceramah didepan para santri yang lainnya untuk melatih mental agar terbiasa berbicara di depan public.
C.    Tingkat Motivasi Santri
Dari hasil penelitian yang saya lakukan serta berdasarkan pengalaman salah satu anggota kelompok kami, tingkat motivasi para santri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara keseluruhan baik dimana para santri memiliki antusiasme yang tinggi dalam memenuhi rasa ingin tahu mereka terhadap materi-materi yang dipelajari dipondok pesantren ini. Sekalipun ada santri-santri yang bolos dalam kegiatan pembelajaran, namun jika dilihat secara keseluruhan, minat dan motivasi santri dalam mengikuti pembelajaran cukup baik, hal ini terbukti dari santri di pondok pesantren salaf an-nur pernah mengikuti perlombaan pembacaan kitab kuning (kitab klasik) dan ternyata mendapat juara pertama dalam perlombaan tersebut.
D.    Metode Pembelajaran
Dalam penyampaian materi, baik pada lembaga pendidikan formal seperti MI, MTS, MA, sampai perguruan tinggi islam, maupun pada lembaga non formal, semuanya pasti menggunakan metode. Karena metode merupakan cara yang ditempuh dalam proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran. Metode kedudukannya sangat penting dalam proses pembelajaran, dimana metode ikut andil dalam menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran.
Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, berikut ini merupakan metode-metode yang digunakan oleh pondok pesantren salaf an-nur yaitu :
1.      Metode Sorogan
Metode sorogan merupakan metode pembelajaran dimana murid diajari satu persatu oleh ustadznya. Di pondok pesantren miftahussalam ini diterapkan metode sorogan dimana ketika pembelajaran, santri satu persatu di dengarkan diperhatikan oleh ustadznya atau kiainya, cara membaca dan memahami materi. Misalnya ketika hafalan surat-surat juz amma, santri satu persatu membacakan hafalan surat dan kiai mendengarkan dengan baik-baik panjang pendek serta makhrojil huruf serta tanda bacanya.
2.      Metode Wetonan
Metode wetonan merupakan metode pembelajaran yang dimana guru membacakan, menjelaskan, dan menerangkan suatu materi, sedangkan para santri mendengarkan, memperhatikan dan mencatat hal-hal yang tidak dipahami untuk di tanyakan kepada ustadznya, dan mencatat hal-hal yang sekiranya dianggap penting. Di pondok pesantren miftahussalam juga diterapkan metode ini, dimana ketika pembelajaran kiai membaca arti dari kitab yang diajarkan, dan menjelaskan menerangkan materi yang berkenaan dengan kitab tersebut, sedangkan para santri mendengarkan dengan seksama materi yang diterangkan kemudian mencatat hal-hal yang sekiranya penting dan mudah lupa.
3.      Metode Ceramah
Metode ceramah ini bersifat teacher center, dimana dalam hal ini ustadz yang berperan aktif, sedangkan santri mendengarkan. Di pondok pesantren miftahussalam juga diterapkan metode ceramah, dimana metode ceramah dilakukan ketika melakukan kegiatan pengajian dan penyampaina nasehat-nasehat dari kiai atau ustadz kepada santri.
4.      Metode Karyawisata
Metode karyawisata ini dilakukan sebagai bentuk penyesuaian metode-metode yang diterapkan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal, dimana metode ini dilakukan agar sesuai dengan perkembangan-perkembangan strategi pembelajaran.
Di pondok pesantren miftahussalam juga diterapkan metode karyawisata seperti dilembaga-lembaga pendidikan formal pada umumnya, yang membedakannya yaitu objek yang ditujunya, objek yang dituju dalam karyawisata dipondok pesantren miftahussalam lebih ditujukan kepada tempat-tempat yang sekiranya dapat menambah pengetahuan para santri dibidang pengetahuan agama, misalnya kemarin baru saja diadakan ziarah kemakam wali songo, kegiatan ini di lakukan guna menambah pengtahuan para santri mengenai tapak tilas dari wali songo. Kegiatan ini dilakukan setahun sekali, namun kegiatan ini tidak terlalu menjadi kegiatan wajib, karena kegiatan ini dilakukan disamping untuk menambah pengetahuan tapi sebagain sarana untuk menghilangkan kejenuhan aktivitas. 
E.     Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang diberikan kepada setiap santri tentunya tidak akan sama, materi diberikan berdasarkan tingkat pengetahuan dasar santri dan di sesuaikan dengan usia serta jenjang kebutuhan pengetahuan pada usia tersebut. Karena tidak semua santri dapat menerima materi yang sama dan tidak semua santri memiliki kemampuan daya tangkap serta tingkat pemahaman yang sama. Sebagai contoh santri yang berusia 12 tahun dan santri yang berusia 18 tahun diberika materi pembelajaran yang sama yaitu mengenai kitab fathul qorib, tentunya santri baru yang brusia 12 tahun akan merasa kesulitan dalam menangkap materi yang disampaikan oleh pengajar/ustadz karena daya tangkap serta kapasitas pemahaman santri tersebut belum memadai untuk menangkap materi yang mulai agak spesifik. Untuk santri yang berusia 12 tahun hendaknya dibentuk pengenalan-pengenalan dasar terlebih dahulu sebagai pondasi agar ketika mempelajari materi kejenjanag berikutnya dia sudah memiliki dasar yang kuat.
Berikut ini merupakan materi yang diberikan dipondok pesantren miftahussalam yaitu :
1.      Hafalan al-qur’an atau juz amma
Hafalan al-qur’an atau juz amma ini diberikan kepada santri yang berusia dibawah 17 tahun, dimana hafalan disini berupa hafalan surat-suat yang ada di juz amma, materi diberikan sebagai bentuk pengenalan awal mengenai pemahaman tentang al-qur’an baik makhrojil huruf, tanda baca serta tajwidnya. dalam materi ini santri berusaha dibimbing agar bisa dalam pengucapan serta cara membaca al-qur’an sesuai dengan hukum-hukum tajwid dan makhrojil huruf yang benar, selanjutnya santri diwajibkan mempelajari.
2.      Kitab sabrowi
3.      Kitab al-amriti
4.      Kitab al-fiyah ibnu malik
5.      Kitab Fathul qorib dan
6.      Kitab Fathul wahab.
F.     Bentuk Evaluasi
Setiap proses pembelajaran tentu harus ada kegiatan evaluasi diakhir pembelajaran, kegiatan evaluasi dilakukan guna mengukur apakah hasil pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan atau belum. Disamping itu ada juga evaluasi terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, namun evaluasi disini lebih cenderung bersifat hukuman agar yang melakukan pelanggaran merasa jera dan tidak akan mengulangi lagi.
Dipondok pesantren miftahussalam juga terdapat bentuk evaluasi, baik itu evaluasi proses pembelajaran maupun evaluasi terhadap pelanggaran-pelanggaran. Bentuk ini merupakan bentuk evaluasi yang diterapkan dipondok pesantren salaf an-nur :
1.      Bentuk evaluasi pembelajaran
Bentuk evaluasi pembelajaran disini berupa ujian lisan yang dilakukan oleh pengajar/ustadz kepada santri setiap selesai pembelajaran satu bab pada kitab yang dipelajari. Bentuk evaluais lisan dilakukan guna melatih berbicara dan mengemukakan pendapat agar terbiasa.
Evaluasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana tingkat pemahaman santri mengenai materi yang disampaikan, dengan mengukur apakah hasilnya sudah sesuai dengan yang diharapkan, jika masih belum sesuai bisa dilakukan perbaikan metode dan strategi agar pada evaluasi selanjutnya hasil yang diperoleh bisa sesuai dengan yang diharapkan oleh pengajar/ustadz.
2.      Bentuk evaluasi terhadap bentuk pelanggaran
Evaluasi ini dilakukan guna memperbaiki sikap-sikap santri yang menyimpang dari aturan-aturan dan tata tertib yang berlaku. Evaluasi ini dilakukan dengan bentuk kontrol sosial agar santri jera dan tidak mengulangi pelanggaran-pelanggaran tersebut. Dalam hal ini evaluasi cenderung lebih bersifat umum. Pelanggara  berikut ini merupakan contoh hukuman yang diberikan di pondok pesantren miftahussalam yaitu: pelanggaran pencurian, memakai narkoba dan sejenisnya, adapun hukumannya cukur rambut, membersihkan kolah dan bisa sampai dikeluarkan dari pondok pesantren.








BAB IV
HASIL ANALISIS
          Berdasarkan penelitian yang saya lakukan yaitu berdasarkan hasil data serta informasi yang saya peroleh dapat ditarik kesimpulan bahwa pondok pesantren miftahussalam bersifat dinamis/berkembang dari waktu kewaktu, tidak bersifat statis. Baik dalam segi perkembangan bangunan dan lain-lainnya. Untuk lebih rincinya berikut ini merupakan hasil analisis saya, mengapa pondok pesantren miftahussalam dikatakan bersifat dinamis yaitu berkembang dari waktu kewaktu.
1. Dilihat dari segi bangunan
            Dilihat dari segi bangunan dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren ini bersifat dinamis, hal ini dapat dilihat berdasarkan data-data bahwa pertama kali dibangun pondok pesantren ini hanya terdiri dari satu aula, kemudian seiring berjalannya waktu proses pembangunan pun dilakukan lagi. Dan ketika pondok pesantren miftahussalam yang kedua sebagai bentuk pemekaran dari pondok pesantren miftahussalam yang pertama. Dari situ dapat dilihat bahwa segi pembangunan, pondok pesantren ini bersifat dinamis, tidak hanya diam mengandalkan apa yang sudah ada.
2.      Dilihat dari segi metode pembelajaran
Pondok pesantren miftahussalam dapat dikatakan bersifat dinamis karena metode-metode yang digunakan dari waktu kewaktu mengalami perbaikan, disesuaikan dengan kondisi perkembangan-perkembangan pendidikan serta hasil evaluasi yang dilakukan setiap selesai satu bab mata pelajaran.
Metode yang baru diterapkan sekarang-sekarang ini yaitu metode karyawisata dimana metode ini diterapkan berdasarkan kondisi bahwa santri perlu mendapatkan pengetahuan umum bersifat nyata namun masih dalam konteks menambah pengetahuan yang ada kaitannya dengan ilmu agama. Dengan adanya metode ini santri dapat melihat secara langsung dan dapat mengidentifikasi sendiri berdasarkan fakta yang mereka lihat.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren berusaha untuk terus memperbaiki metode dan strategi yang diterapkan. Untuk itu dapat dikatakan bahwa pondok pesantren salaf an-nur ini bersifat dinamis.

BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren miftahussalam tempatnya berada di desa Ambit Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon. Pondok pesantren ini dibangun pertama kali pada tanggal 3 (tiga) desember 2003, dimana pondok pesantren ini secara pribadi didirikan oleh K.H.Ghojali diatas tanah miliknya sendiri, dan sekarang setelah K.H.Ghojali wafat pengelolaan pondok pesantren dilanjutkan oleh putranya yang pertama yang bernama K.H.Muhamad.
Pondok pesantren miftahussalam sekarang mempunyai cabang atau pondok kedua yang diberinama pondok pesantren miftahussalam 2. Pondok pesantren induk miftahussalam dikhususkan untuk santri yang umurnya berkisar 17 (tujuh belas) tahun kebawah sedangkan di pondok pesantren miftahussalam 2 dikhususkan untuk santri yang umurnya 17 (tujuh belas) tahun keatas. Proses pembelajaran di dua lokasi ini tidak dilakukan berarengan dalam satu lokasi setiap saat, dikarenakan masing-masing pondok pesantren sudah memiliki pembelajaran sendiri namun ada waktu-waktu tetentu dimana seluruh santri dari pondok induk dan pondok demak disatukan atau mengikuti pembelajaran.
Adapun jadwal pembelajaran dipondok pesantren miftahussalam yaitu: kegiatan mujahadah, dan kegiatan mujahadah malam. Jadwal pembelajaran di pondok pesantren miftahussalam 2 yaitu : pembelajaran kitab sabrowi, Mujadalah malam, dan Pembelajaran kitab tingkat Al-Amriti. Itulah kegiatan harian santri di pondok pesantren miftahussalam dan pondok pesntren miftahussalam 2. Adapun Metode yang diterapkan dipondok pesantren ini yaitu metode sorogan, Metode Wetonan, Metode Ceramah, dan Metode Karyawisata.
Materi pembelajaran yang diberikan kepada setiap santri dipondok pesantren ini tentunya tidak akan sama, materi diberikan berdasarkan tingkat pengetahuan dasar santri dan di sesuaikan dengan usia serta jenjang kebutuhan pengetahuan pada usia tersebut. Berikut ini merupakan materi yang diberikan dipondok pesantren miftahussalam dan miftahussalam 2 yaitu : Hafalan al-quran atau juz amma, kitab sabrowi, Kitab al-amriti, kitab al-fiyah ibnu malik, kitab Fathul qorib dan kitab Fathul wahab.
Bentuk evaluasi yang di terapkan di pondok pesantren ini tardapat dua bentuk evaluasi yaitu : 1) Bentuk evaluasi pembelajaran, evaluasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana tingkat pemahaman santri mengenai materi yang disampaikan, dengan mengukur apakah hasilnya sudah sesuai dengan yang diharapkan, jika masih belum sesuai bisa dilakukan perbaikan metode dan strategi agar pada evaluasi selanjutnya hasil yang diperoleh bisa sesuai dengan yang diharapkan oleh pengajar/ustadz. 2) Bentuk evaluasi terhadap bentuk pelanggaran, evaluasi ini dilakukan guna memperbaiki sikap-sikap santri yang menyimpang dari aturan-aturan dan tata tertib yang berlaku. Evaluasi ini dilakukan dengan bentuk kontrol sosial agar santri jera dan tidak mengulangi pelanggaran-pelanggaran tersebut. Dalam hal ini evaluasi cenderung lebih bersifat umum. Pelanggara  berikut ini merupakan contoh hukuman yang diberikan di pondok pesantren miftahussalam yaitu : pelanggaran pencurian, memakai narkoba dan sejenisnya, adapun hukumannya cukur rambut, membersihkan kolah dan bisa sampai dikeluarkan dari pondok pesantren.
Pondok pesantren ini bisa dikatakan bersifat dinamis yaitu berkembang dari waktu kewaktu karena dilihat dari segi bangunan dan dilihat dari segi metode pembelajaran.
B.     Saran
Apabila dalam penulisan hasil laporan penelitian yang berjudul dinamika pendidikan di pondok pesantren miftahussalam ini banyak kesalahan dalam hal penulisan atau dalam hal kurangnya pembahasan, saya selaku penulis mengharapkan saran yang membangun dari dosen pengampu mata kuliah Perubahan Sosial dan budaya untuk memperbaiki hasil laporan penelitian ini agar tidak ada kesimpang siuran didalamnya. 


DAFTAR PUSTAKA

1.      Fatah, H Rohadi Abdul, Taufik, M Tata, Bisri, Abdul Mukti. ''Rekontruksi Pesantren Masa Depan'', Jakarta Utara: PT. Listafariska Putra, 2005.
2.      HS, Mastuki, El-sha, M. Ishom. ''Intelektualisme Pesantren'', Jakarta: Diva Pustaka, 2006.
3.      Haedari, H.Amin. ''Transformasi Peasntren'', Jakarta: Media Nusantara, 2007.
4.      Khadijah Ummul Mu'minin Nazharat Fi isyraqi Fajril Islam'', Al Haiah Al Mishriyah Press, karya Abdul Mun'im Muhammad 1994.
5.      Fadjan, Abdullah “ Peradaban dan pendidikan Islam”, Jakarta: CV. Rajawali, 1991
6.      http//www.blogrspesantren.co.id.
7.      www.Pendidikan.com





[1] http/www.blogerspesantren.co.id.
[2] Fatah, H Rohadi Abdul, Taufik, M Tata, Bisri, Abdul Mukti. ''Rekontruksi Pesantren Masa Depan'', Jakarta Utara: PT. Listafariska Putra, 2005. Hal 56-57
[3] HS, Mastuki, El-sha, M. Ishom. ''Intelektualisme Pesantren'', Jakarta: Diva Pustaka, 2006. Hal 22-25
[4] Fadjan, Abdullah “ Peradaban dan pendidikan Islam”, Jakarta: CV. Rajawali, 1991
[5] Khadijah Ummul Mu'minin Nazharat Fi isyraqi Fajril Islam'', Al Haiah Al Mishriyah Press, karya Abdul Mun'im Muhammad 1994.
[6] Haedari, H.Amin. ''Transformasi Peasntren'', Jakarta: Media Nusantara, 2007. Hal 50-53
[7] http/www.pendidikan.com