1.
Pengertian
Nilai
Setiap manusia tentu melakukan suatu aktivitas dan
tindakan untuk mencapai tujuan yang ia harapkan. Pada kenyataannya tidak
sedikit orang yang melakukan segala tindakan untuk mencapai tujuannya, baik itu
berupa tindakan baik maupun tindakan buruk. Yang terpenting ia mampu mencapai
tujuan yang ia harapkan. Dalam hal ini, perlu adanya suatu patokan atau tolak
ukur untuk mengatur tindakan manusia. Antara norma dengan nilai itu saling
berkaitan, yang mana dalam nilai terdapat norma dan aturan yang berfungsi
sebagai pedoman untuk menentukan baik atau buruknya suatu tindakan yang dilakukan
oleh seseorang. Namun, sebelum membahas terlalu jauh mengenai nilai-nilai yang
ada di masyarakat, organisasi maupun pendidikan terlebih dahulu harus memhami
apa itu nilai. Dengan begitu kedepannya kita dapat mengidentifikasi
bentuk-bentuk dari nilai.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berkaitan
dengan nilai. Misalkan kita mengatakan bahwa orang itu baik atau lukisan itu
indah. Berarti kita melakukan penilaian terhadap suatu objek. Baik dan indah
adalah contoh nilai. Manusia memberikan nilai pada sesuatu. Sesuatu itu
dikatakan adil, baik, cantik, anggun, dan sebagainya.
Istilah nilai (value) menurut kamus poerwodarminto
diartikan sebagai berikut.
a.
Harga dalam arti
taksiran, misalnya nilai emas.
b.
Harga sesuatu,
misalnya orang.
c.
Angka, skor.
d.
Kadar, mutu.
e.
Sifat-sifat atau
hal penting bagi kemanusiaan.
Beberapa
pendapat tentang pengertian nilai dapat diuraikan sebagai berikut.
a.
Menurut bambang
daroeso, nilai adalah suatu kualitas atau pengahargaan terhadap sesuatu, yang
menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang.
b.
Menurut darji
darmodiharjo adalah kualitas atau keadaan yang bermanfaat bagi manusia baik
lahir ataupun batin.
Sehingga
nilai merupakan suatu bentuk penghargaan serta keadaan yang bermanfaat bagi
manusia sebagai penentu dan acuan dalam melakukan suatu tindakan. Yang mana
dengan adanya nilai maka seseorang dapat menentukan bagaimana ia harus
bertingkah laku agar tingkah lakunya tersebut tidak menyimpang dari norma yang
berlaku, karena di dalam nilai terdapat norma – norma yang dijadikan suatu batasan
tingkah laku seseorang.
Seuatu
dianggap bernilai apabila sesuatu itu memilki sifat sebagai berikut.
a.
Menyenangkan (peasent)
b.
Berguna (useful)
c.
Memuaskan (satisfying)
d.
Menguntungkan (profutable)
e.
Menarik (ineteresting)
f.
Keyakinan (belief)[1]
Ada dua pendapat
mengenai nilai. Pertama mengatakan bahwa nilai objektif. Sedangkan pendapat
kedua mengatakan nilai itu subjektif. Menurut aliran idealisme, nilai itu
objekti, ada pada setiap sesuatu. Tidak ada yang diciptakan di dunia tanpa ada
suatu nilai yang melekat di dalamnya. Dengan demikian, segala sesuatu ada
nilainya dan bernilai bagi manusia. Hanya saja manusia tidak atau belum tahu
nilai apa dari objek tersebut. Aliran ini disebut juga aliran objektivisme.
Pendapat lain
menyatakan bahwa nilai suatu objek terletak pada objek yang menilainya.
Misalnya, air menjadi sangat bernilai daripada emas bagi orang yang kehausan di
tengah padang pasir, tanah memiliki nilai bagi seorang petani, gunung bernilai
bagi orang seorang pelukis, dan sebagainya. Jadi, nilai itu subjektif. Aliran
ini disebut aliran subjektif.
Di luar kedua
pendapat itu, ada pendapat lain yang menyatakan adanya nilai ditentukan oleh
subjek yang menilai dan objek yang dinilai. Sebelum ada subjek yang menilai
maka barang atau objek itu tidak bernilai. Inilah ajaran yang berusaha
menggabungkan antara aliran subjektivisme dan objektivisme.
Contoh nilai
adalah keindahan, keadilan, kemanusiaan, kesejahteraan, kerifan. Keanggunan,
kerapian, keselamatan, dan sebagainya.
Norma
sebagai perwujudan dari nilai
Nilai penting
bagi kehidupan manusia, sebab nilai yang bersifat normatif dan menjadi
motivator tindakan manusia. Namun demikia, nilai belum dapat berfungsi secara
praktis sebagai penunutun perilaku
manusia itu sendiri. Nilai sendiri masih bersifat abstrak sehingga butuh
konkretisasi atas nilai tersebut. Contohnya, manusia mendambakan keselamatan,
tetapi apa yang harus dilakukan manusia agar terwujud keselamatan? Akhirnya.
Yang dibutuhkan manusia adlah semacam aturan atau tuntunan yang bisa
mengarahkan manusia agar terwujud keselamtan.
Jadi, nilai
belum dapat berfungsi praktis bagi manusia. Nilai perlu dikonkretasikan atau
diwujudkan ke dalam norma. Nilai yang bersifat normatif dan berfungsi sebagai
motivator tindakan manusia itu harus diimplementasikan dalam bentuk norma.
Nornma meru[akan konkretasi dari nilai. Norma adalah perwujudan dari nilai.
Contohnya, ada
norma yang berbunyi “dilarang membuang sampah sembarang” atau “buanglah sampah
pada tempatnya”. Norma di atas berusaha mewujudakan nilai kebersihan. Dengan
mengiktu norma tersebut, diharapkan kebersihan sebagi nilai dapat terwujudkan
dalam kehidupan. Ada norma lain, misalnya yang berbunyi “dilarang merokok”.
Norma tersebut dimaksudkan agar terwujud nilai kesehatan. Akhirnya yang tampak
dalam kehidupan dan melingkupi kehidupan kita bukan nilai, tetapi norma atau
kaidah.
2.
Ciri-Ciri
Nilai
Untuk memahami lebih mendalam mengenai sesuatu
benda, baik benda nyata maupun benda tidak nyata. Itu dapat melalui cara mengetahui
ciri-ciri dari benda tersebut. Sehingga kita dapat membedakan antara benda yang
satu dengan benda yang lainnya. Ketika kita tahu ciri-cirinya maka kita dapat
mengidentifikasi jnis benda tersebut. Begitu pula dengan nilai. Untuk memahami dan mengetahui
secara mendalam seperti apa nilai itu maka dapat dilihat dari ciri-cirinya.
Ciri-ciri nilai Menurut bambang daroeso, nilai
memiliki ciri sebagai berikut :
a.
Suatu realitas
yang abstrak (tidak dapat di tangkap melalui panca indra. Tetapi ada).
Nilai
itu ada atau riil dalam kehidupan manusia. Misalnya, manusia mengakui adanya
keindahan. Akan tetapi, keindahan sebagai nilai adalah abstrak (tidak dapat
diindra). Yang dapat diindra adalah objek yang memiliki nilai keindahan itu.
Misalnya, lukisan atau pemandangan.
b.
Normatif (yang
seharusnya, ideal, sebaiknya, diinginkan).
Nilai
merupakan sesuatu yang diharapkan (das
solen) oelh manusia. Nilai merupakan sesuatu yang baik dicitakan manusia.
Contohnya, semua manusia mengharapkan keadilan. Keadilan sebagai nilai adalah
alternatif.
c.
Berfungsi
sebagai daya dorong manusia (sebagai motivator).
Nilai
menjadikan manusia terdrong untuk melakukan tindakan agar harapan yang terwujud
dalam kehidupannya. Nilai diharapkan manusia seagai mendorong amnusia berbuat.
Misalnya, siswa berharap akan kepandaian. Maka siswa melakukan berbagai
kegiatan agar pandai. Kegiatan manusia pada dasarnya digerakkan atau didorong
oleh nilai.
3.
Jenis-jenis
nilai
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai
berbagai nilai yang memanag jumlahnya cukup banyak dan bervariatif. Dan sekian
banyak yang kita jumpai, nilai nilai dapat diklasifikasikan menjadi :
a.
Jenis-jenis
nilai Menurut Prof. Drs. Notonegoro, S.H. menyatakan bahwa ada tiga macam
nilai, yaitu :
1)
Nilai
materiil, yakni sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
2)
Nilai
vital, yakni sesuatu yang berguna bagi manusia unutk
dapat melaksanakan kegiatan.
3)
Nilai
kerohanian, dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
a)
Nilai kebenaran
bersumber pada akal pikiran manusia (rasio, budi, dan cipta)
b)
Nilai estetika
(keindahan) bersumber pada rasa manusia.
c)
Nilai kebaikan
atau nilai moral bersumber pada kehendak keras, keras hati, dan nurani manusia.
d) Nilai
religius (ketuhanan) yang bersifat mutlak dan bersumber pada keyakinan manusia.[2]
b.
Jenis-jenis
dilihat dari segi filsafat
Berbeda
dengan jenis-jenis nilai yang dikemukakan oleh Prof. Drs. Notonegoro, S.H.
dilihat dari segi filsafat, nilai dapat diklasifikasi ke dalam tiga jenis,
dientarnya :
1)
Nilai logika
yaitu benar – salah
Nilai
logika disni yaitu nilai mengenai benar atau salahnya tindakan/kejadian. Dalam
hal ini nilai logika berkaitan dengan tindakan/kejadian yang dilakukan oleh
seseorang. Sebagai contoh seorang siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru, kemudian ia berhasil menjawab dengan benar, maka secara logika jawaban
tersebut dianggap benar bukan baik, dan ketika jawabannya keliru maka secara
logika jawaban tersebut dianggap salah bukan buruk.
2)
Nilai etika
yaitu nilai tentang baik dan buruk
Nilai
etik/etika adalah nilai tenteng baik-buruk yang berkaitan dengan perilaku
manusia. Jadi, kalu kita mengatakan etika orang itu buruk, bukan berarti
wajahnya buruk, tetapi menunjuk perilaku orang itu buruk. Nilai etik adalah
nilai moral. Jadi, moral yang di maksudkan disini adalah nilai moral sebagai
bagian dari nilai.
3)
Nilai estetika
yaitu nilai tentang indah-jelek
Selain
etika, kita juga mengenal pula estetika. Estetika merupakan nilai yang
berkaitan dengan keindahan, penampilan fisik, bukan nilai etik. Nilai estetika
berkaitan dengan penampilan, sedangkan nilai etik atau buruk moral berkaitan
dengan perilaku manusia.
4.
Bentuk-bentuk
nilai dengan kepribadian yang ada dalam organisasi dan masyarakat
Nilai dalam organisasi merupakan dasar utama untuk
pengambilan keputusan dan tindakan lain, dan karena itu menentukan kerangka
kerja dasar untuk pengambilan teori organisasi dan praktek manajemen.[3]
Nilai itu berkaitan erat dengan ideologi “kita
menganggap nilai sebagai dalil normatif, yang diyakini orang tentang apa
seharusnya keinginan manusia itu. Nilai ditunjang oleh sangsi dan fungsi yang
dihayati sebagai keharusan dalam menilai bagaimana seharusnya dunia sosial
seseorang itu distruktur dan dijalankan, yang kedua sebagai standar untuk
menilai dan memperlakukan (rationalize) harta individu dan pilihan sosial”.
Pendekatan ini menekankan nilai sebagai standar normatif yang mempengaruhi
manusia dalam pemilihan mereka. Fungsi primer nilai dalam perilaku manajerial
adalah bahwa ia merupakan determinan (faktor penentu) dan garis pedoman untuk
pengambilan keputusan dan tindakan.
Bentuk-bentuk
nilai yang ada di organisasi dan
masyarakat, diantaranya :
a.
Penghargaan akan
orang lain.
Organisasi merupakan kesatuan yang memungkinkan
masyarakat mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara
perorangan.[4]
Dalam
organisasi tentu terdiri dari beberapa orang tang mana setiap orang memiliki
perbedaan pemikiran, perbedaan watak dan perbedaan sikap. Di sini perlu
dikembangkan suatu nilai guna menyesuaikan setiap perbedaan-perbedaan yang di
bawa oleh masing-masing individu. Sehingga perbedaan-perbedaan yang ada
dijadikan suatu konflik dan pertentangan, melainkan sesuatu kekayaan yang patut
untuk di hargai. Untuk itu dalm organisasi terdapat nilai penghargaan akan
orang lain yang tercermin dalam sikap toleransi. Toleransi ini perlu sekali
untuk dikembangkan dalam organisasi dengan tujuan guna mengembangkan sikap
saling menghargai terhadap perbedaan-perbedaan.
b.
Percaya dan
mendukung orang lain, sedangkan individunya sendiri harus mampu bertanggung
jawab
Demi
tercapainya tujuan bersama maka setiap anggota harus saling bekerja sama dan
saling membantu, jangan bersikap individualistis dan bersikap apatis dengan
lingkungannya. Setiap anggota wajib mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, dan
anggota lain berkewajiban membantu anggota manapun yang mengalami kesulitan.
Tindakan membantu ini merupakan salah satu bentuk dukungan dan kepercayaan
kepada orang lain, dan dalam organisasi sikap ini sangat diperlukan, dengan
begitu akan terbangun kerja sama yang baik antar anggota. Di samping itu,
anggota tersebut selalu berkewajiban membantu, ia juga berkewajiban
melaksanakan tugas-tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab.
c.
Pengamanan
kekuasaan (mengurangi tekanan pada wewenang)
Setiap
anggota organisasi tentu memiliki kekuasaan dan wewenang masing-masing,
tergantung dari tugas yang ia harus di emban. Namun dalam hal ini hendaknya
setiap anggota dibekali nilai pengamanan kekuasaan, dengan begitu ia tidak akan
menyalahgunakan kekuasaan dan wewenangnya untuk hal-hal pribadinya sendiri. Ia
tetap harus bertindak dalam koridor-koridor kekuasaan dan wewenang yang layak
ia memanfaatkan untuk melaksanakan tugas yang menjadi kewajibannya.
d.
Konfrontasi
(masalah yang tidak disembunyikan)
Dalam
hal ini kita berbicara mengenai keterbukaan, yang mana dalam organisasi segala
sesuatunya harus terbuka. Namun hal ini keterbukaan yang di maksud bukanlah
keterbukaan dalam hal-hal diluar masalah organisasi, melainkan segala sesuatu
hal yang berkaitan dengan organisasi tersebut hendaklah disampaikan secara
terbuka dan etiap anggota berhak mengetahui segala hal yang berkenaan dengan
orgnisasi tersebut.
e.
Pertisipasi
(melibatkan orang-orang yang mempunyai potensi dalam proses pengembangan
organisasi)
Seperti
yang sudah di paparkan sebelumnya, ahwa untuk mencapai tujuan yang di harapkan
butuh adanya kerjasama dan partisipasi dari semua pihak yang terkait. Untuk itu
dalam organisasi perlu dikembangkan nilai partisipasi demi tercapainya tujuan
organisasi.
5.
Bentuk
Nilai
Yang
Dianut
di Sekolah.
Pada umumnya nilai-nilai yangdianut di sekolah
sejalan dengan yang berlaku dalam masyarakat sekitarnya. Anak-anak dikirim ke
sekolah dengan tujuan agar mereka dididik menjadi manusia sesuai dengan
cita-cita masyarakat.
Norma-norma yang diajarkan di sekolah tidak boleh
bertentangan dengan adat istiadat masyarakat sekitar. Antara sekolah dan
masyarakat harus ada hubungan ddan kesesuaian mengenai norma-norma dan
nilai-nilai. Dalam hal ini mungkin ada perbedaan antara norma-norma kelakuan
yang diajarkan di sekolah di berbagai daerah di Negara kita, yang tentunya
tidak boleh bertentangan dengan falsafah bangsa kita. Sehingga tidak dapat
disangkal adanya banyak sedikit perbedaan antara norma kelakuan dan suasana di
sekolah masing-masing. Tiap sekolah mempunyai kepala sekolah, guru, dan murid yang
berbeda-beda. Tiap sekolah juga mempunyai tradisi tersendiri dan dapat
mengeluarkan peraturan menurut keperluan sekolah itu sendiri selama tidak
melanggar peraturan yang lebih tinggi.
Ada pula nilai-nilai dan norma kelakuan yang berlaku
di kalangan murid-murid sendiri. Murid-murid biasanya merasa dirinya kompak,
yakni bersatu padu terhadap murid-murid sekolah atau kelas lain, bahkan juga
kompak terhadap guru. Perkelahian dengan sekolah lain sering terjadi karena
rasa kekompakan atau solidaritas ini. Bila salah seorang murid dihina atau di
tantang menurut tafsiran mereka, maka seluruh kelas atau sekolah berdiri
dibelakangnya. Dalam hal ini mereka lebih dikuasai oleh emosi subyektif
daripada fikiran rasional yang obyektif. Teman sendiri selalu pada pihak yang
benar dan sekolah lain sudah pasti pihak yang bersalah.
Dalam hal nilai-nilai moral sekolah kebanyakan
berpedoman pada norma-norma yang berlaku bagi golongan menengah, misalnya
menghargai nilai-nilai seperti kejujuran, kebersihan, kerajinan, rasa tanggung
jawab, ketekunan, ketertiban, dan sebagainya. Perbuatan seperti penipuan,
kekerasan, pelanggaran seks,pencurian, dipandang sebagai kelakuan yang
melanggar norma yang baik.[5]
Bila dalam keluarga murid dianut nilai-nilai yang
sama, maka mereka tidak akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan
kehidupan di sekolah. Kesulitan akan dialami murid-murid yang berasal dari
golongan rendah atau tinggi yang mempunyai norma-norma yang berbeda dengan yang
berlaku di sekolah.
Di sekolah nolai-nilai yang bertalian dengan aspek
akademis atau intelektual mendapat penghargaan yang khusus. Sedangkan anak-anak
yang terampil secara praktis kurang mendapat penghargaan. Apa yang dihargai
oleh sekolah sering tidak sesuai dengan apa yang berharga dalam kehidupan di
dalam masyarakat. Apa yang diketahui dan dikuasi anak dari pengalamannya di
luar sekolah seperti keterampilan bertukang, bertani, memelihara ternak, dan
sebagainya tidak dimanfaatkan di sekolah. Jadi apa yang di harapkan dalam
masyarakat mungkin tidak sesuai, bahkan bertentangan dengan apa yang diharapkan
sekolah.
Menurut Paul
Suparno,Dkk bahwa bentuk – bentuk nilai yang ada pada lingkup pendidikan,
diantaranya :
a.
Religiusitas
1)
Mensyukuri hidup dan percaya kepada Tuhan
2)
Sikap toleran
3)
Mendalami ajaran agama
b.
Sosialitas
1)
Penghargaan akan tatanan hidup bersama secara positif
2)
Solidaritas yang benar dan baik
3)
Persahabatan sejati
4)
Berorganisasi dengan baik dan benar
5)
Membuat acara yang sehat dan berguna
c.
Gender
1)
Penghargaan terhadap perempuan
2)
Kesempatan beraktivitas yang lebih luas bagi perempuan
3)
Menghargai kepemimpinan perempuan
d.
Keadilan
1)
Penghargaan sejati dan orang lain secara mendasar
2)
Menggunakan hak dan melaksanakan kewajiban secara benar
dan seimbang
3)
Keadilan berdasarkan hati nurani
e.
Demokrasi
1)
Menghargai dan menerima perbedaan dalam hidup bersama
dengan saling menghormati
2)
Berani menerima realita kemenangan maupun kekalahan
f.
Kejujuran
Menyatakan kebenaran sebagai penghormatan pada sesama
g.
Kemandirian
1)
Keberanian untuk mengambil keputusan secara jernih dan
benar dalam kebersamaan.
2)
Mengenal kemampuan diri
3)
Membangun kepercayaan diri
4)
Menerima keunikan diri
h.
Daya juang
1)
Memupuk kemampuan untuk mencapai tujuan
2)
Bersikap tidak mudah menyerah
i.
Tanggungjawab
1)
Berani menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup
2)
Mengembangkan keseimbangan antara hak dan kewajiban
3)
Mengembangkan hidup bersama secara positif
j.
Penghargaan terhadap lingkungan
1)
Menggunakan alam
sesuai dengan kebutuhan secara wajar dan seimbang
2)
Mencintai kehidupan
3)
Mengenali lingkungan alam dan penerapannya.[6]
6.
Cara
Penanaman
Nilai
Pada Peserta Didik
Sikap-sikap yang terbentuk dari kebiasaan perlu di
dalami dan diperkenalkan akan adanya nilai-nilai hidup yang mendasarinya. Anak
mulai mengenal dengan jelas bahwa hal baik yang dilakukan dalam masyarakat,
dalam hidup bersama akan membawa kegembiraan, kebahagiaan bagi semua orang.
Kebiasaan berbuat baik dan bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul dari
perbuatan yang dilakukan haruslah menjadi cerminan tingkah laku sehari-hari.
a.
Religiusititas
Keterlibatan
dan kepekaan social dapat menjadi sarana untuk mengembangkan sikap
religiustitas. Melihat keprihatinan dan penderitaan hidup manusia, ajaran agama
mana pun akan mengajak dan mendesak penganutnya untuk bertindak baik. Kegiatan
sosial kemanusiaan menjadi tempat untuk mewujudkan religiustitas anak secara
bersama dari berbagai macam agama dan kepercayaan yang ada. Kepekaan dan
keterlibatan untuk membantu orang yang menderita merupakan penggilan bersama
umat beragama. Perwujudan dari ajaran agama akan menjadi nyata dalam tindakan
yang juga menyatukan semua orang dalam keprihatinan yang sama.
b.
Sosialitas
Pembinaan
kelas bersama dapat menjadi sarana untuk mengembangkan sosialitas anak secara
sehat, terdampingi, dan terarah. Kegiatan semacam ini sebaiknya diselenggarakan
dirumah salah seorang siswa anggota kelas yang kira-kira mampu menampung
anggota kelas. Dari sisi etika dan sopan santun hidup bersama, dapat
disampaikan bagaimana sopan santun minta izin kepada orang tua teman sebagai
pemilik rumah, pemberitahuan kepada RT atau lingkungan tempat kegiatan
diselenggarakan. Dengan ini anak diajak untuk bersikap sopan dan menghargai
apabila datang ke tempat orang lain atau ke lingkungan lain. Melalui aktivitas
dan dinamika kelompok yang terencana dan terorganisasi dengan baik, siswa diajak
bermain sekaligus merefleksikannya dalam kegiatan kehidupan kesehariannya, baik
sebagai individu, anggota kelas, maupun sebagai anggota masyarakat.
c.
Gender
Dalam
skope ilmu sosial kemasyarakatan, tuntutan akan kesadaran dan kesetaraan gender
menjadi lebih mengemuka dan terbuka untuk di perbincangkan. Berbagai produk
iklan yang ada di media massa, baik TV, radio, dan surat kabar yang cenderung
mengeksploitasi dan merendahkan martabat perempuan menjadi topic diskusi untuk
penyadaran akan hakikat dan harga diri perempuan. Siswa mulai diajak mencermati
secara kritis perkembangan yang terjadi dalam masyarakat dan menggugah
kesadaran untuk memperbaikinya secara bersama-sama sebagai bagian dari
komunitas masyarakat. Dalam konteks ini kesadaraan terhadap kesetaraan dan
keadilan gender dalam kehidupannya perlu ditanamkan secara baik, kontinu, dan
realistis dalam kehidupan siswa.
d.
Keadilan
Konsep
keadilan secara lebih luas dan konseptual perlu mulai diperkenalkan pada diri
siswa. Prinsip adil bukan hanya sekadar sama rata dan sama rasa. Keadilan pada
kenyataannya bersifat multidimensional. Namun demikian, pada dasarnya keadilan
mempunyai tujuan da dasar nilai-nilai hidupnya, yaitu untuk perkembangan dan
kesejahteraan hidup manusia. Adil dalam pengertian hukum tidak selalu sejalan
dengan “rasa” keadilan dalam masyarakat luas. Siswa diajak untuk memperluas
wawasan tentang keadilan, tetapi dasar semua hal itu ada didalam hati nurani
manusia. Mendiskusikan kasus yang hangat dan mengajak anak untuk mengasah hati
nurani guna menyikapi realitas yang ada adalah kesempatan yang kuat untuk
menanamkan nilai keadilan secara mendasar dan manusiawi.
e.
Demokrasi
Kasus
yang sering terjadi dilembaga DPR maupun DPRD berkaitan dengan pembukaan siding
maupun pembahasan terhadap suatu aturan atau perundang-undangan yang terjadi
akhir-akhir ini, yang tidak bisa dilihat secara kasat mata dan transparan
melalui media massa, baik TV, Radio, maupun Koran menjadi sebuah contoh yang
menarik dan cocok untuk diperkenalkan kepada siswa akan makna sebuah demokrasi
dan tidak mudahnya mewujudkan nilai demokrasi yang sesungguhnya. Siswa dibuka
pemikiran dan kesadarannya bahwa perbedaan yang mendasar antara demokrasi dalam
teori ilmiah dengan demokrasi dalam realitas kehidupan sehari-hari. Dari
berbagai kasus penyimpangan dan contoh yang tidak benar tersebut, dapat menjadi
wahana yang tepat untukmembimbing anak mengenal demokrasi yang sebenarnya. Anak
dapat diajak untuk bersikap secara benar dan baik di masa yang akan datang
apabila mereka berperan dalam hidup bermasyarakat kelak.
Melalui
pembahasan kasus-kasus yang muncul anak juga dilatih untuk mengkritisi
kenyataan yang ada dan diajak untuk menentukan sikap dalam kehidupan mereka.
Melalui diskusi-diskusi semacam ini, anak juga disiapkan agar tidak terperosok
pada kesalahan yang sama, yang dilakukan para pendahulunya. Demokrasi tidak
hanya sekedar suara yang banyak atau suara yang keras, namun demokrasi yang
menuju pada kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mencapai kebaikan
dan kesejahteraan bersama.
f.
Kejujuran
Salah
satu mata pelajaran yang bisa dijadikan salah satu wahana dan sarana
mengajarkan nilai-nilai kejujuran adalah mata pelajaran akuntansi. Mata
pelajaran ini dapat dijadikan sarana bagi anak didik dalam bidang keuangan
untuk menyampaikan laporan pertanggung jawaban secara benar dan transparan.
Laporan keuangan ini dapat dijadikan sebagai alat untuk menilai apakah seorang
bertindak jujur atau tidak. Pembukaan dapat juga digunakan untuk mencari
keuntungan yang mengingkari kebenaran yang sehharusnya diungkapkan dalam
pembukuan tersebut.
g.
Kemandirian
Kegiatan
ekskul (ekstrakulikuler) merupakan ajang dan sarana yang tepat untuk melatih
kemandirian anak. Bukan karena faktor kegiatan itu tidak di awasi dan dinilai
oleh guru secara cermat, tetapi lebih kepada faktor keberanian siswa mengambil
pilihan kegiatan, kemampuan mengorganisasi waktu pribadi, pengenalan kemampuan
diri, dan kemauan untuk setia pada pilihan. Proses ini akan membawa siswa pada
penggaliian potensi kemandirian berdasarkan sikap pribadi secara optimal.
h.
Daya Juang
Mengenal
bakat dan kemampuan diri untuk dipilih potensi yang lain peridan membunuh
nggalkan lih dan dikembangkan seoptimal mungkin tanpa meninggalkan dan membunuh
potensi yang lain perlu dilakukan pada siswa usia ini. Sikap optimalisasi juga
akan menumbuhkan daya juang untuk berkembang secara terus-menerus. Siswa tidak
hanya merasa puas akan apa yang sudah dicapai, tetapi juga merasa ingin terus
berkembang khususnya pada kemampuan potensial yang ada dalam dirinya.
i.
Tanggung Jawab
Kegiatan
ekstrakulikuler (ekskul) dan non akademik yang beraneka ragam merupakan wahana
dan sarana yang tepat untuk dapat membantu menumbuhkembangkan rasa tanggung
jawab siswa. Kegiatan yyang dipilih pasti mempunyai konsekuensi, paling tidak
dalam masalah pembagian waktu berkaitan dengan multiperan yang disandang setiap
orang. Apabila ia terlalu bersemangat untuk mengikuti banyak kegiatan maka ada
konsekuensi yang dipikul, yaitu waktu untuk belajar, mempersiapkan ulangan,
menjalankan peran dan tugas di rumah, dan lain sebagainya. Tanggung jawab tentu
berkaitan dengan pelaksanaan kewajiban yang diemban seseorang. Guru dapat
mengajak siswa untuk mengevaluasi dan mengkritisi kegiatan yang telah
dipilihnya.
j.
Penghargaan
terhadap Lingkungan Alam
Kelompok
dan kegiatan pecinta alam merupakan wadah yang cocok untuk mengembangkan sikap
mencintai lingkungan alam. Namun demikian, perlu ada penjernihan dan perluasan
pengertian pecinta alam. Dalam banyak versi pencinta alam sering dimaknai dan
dikonotasikan sebagai kegiatan petualangan belaka, kegiatan untuk menaklukan
tantangan alam, petualangan untuk menunjukan cirikejantanan, kegagahan, dan
keberanian.
Penjernihan dan
perluasan pemahaman perlu dilakukan, yaitu bahwa pencinta alam adalah suatu
kegiatan sungguh-sungguh mencintai alam dalam berbagai bentuk kemungkinan.
Untuk mendukung kecintaan pada alam maka dibutuhkan sikapberani berpetualang
sehingga dapat mengenali kehidupan secara luas. Namun demikian, mencintai alam
pada dasarnya adalah kesadaran bahwa manusia adalah bagian dari alam, maka
mencintai alam semesta berarti mencintai kehidupan manusia.
7.
Jenis
dan Tipe Kepribadian
Pembagian
kepribadian manusia dilakukan oleh Gustav Jung dalam buukunya yang berjudul
“Tipe Kepribadian”. Beliau mengemukakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari
dua jenis, yaitu :
a.
Introvert
Sikap
introvert mengarahkan pribadi ke pengalaman subyektif, memusatkan diri pada
dunia dalam, cenderung menyendiri, pendiam dan tidak ramah, bahkan anti sosial.
Seseorang juga mengamati dunia luar, tapi mereka melakukannya secara selektif
dan menggunakan pandangan subyektif mereka sendiri. Orang-orang yang introvert
ditandai oleh kecenderungan mudah tersinggung, perasaan gampang terluka, mudah
gugup, rendah diri, mudah melamun, sukar tidur, intelegensi relative tinggi,
pembendaharaan kata-kata baik, cenderung tetap pada pendirian (keras kepala),
umumnya teliti tapi lambat, mereka agak kaku dan kurang suka lelucon terlebih
mengenai seks.
Ciri-ciri orang tipe introvert atau sulit bergaul,
hatinya tertutup, sulit berhubungan dengan orang lain dan penyesuaian diri
dengan lingkungan sekitar kurang baik. Hal ini menyebabkan seseorang sulit
menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit, dimana orang dihadapkan pada
berbagai macam tindakan keperawatan dan orang yang tidak dikenal seperti
dokter, perawat dan pasien lainnya.
b.
Ekstrovert
Sikap
ekstrovert lebih mengarahkan pribadi ke pengalaman objektif, memusatkan diri
kepada dunia luar, cenderung
berinteraksi dengan orang sekitar, aktif dan ramah.
Ciri-ciri tipe ekstrovert adalah mudah bergaul, suka
pesta, mempunyai banyak teman, membutuhkan banyak teman untuk berbicara dan
tidak suka membaca atau belajar sendirian, sangat membutuhkan kegembiraan,
mengambil tantangan, sering menentang bahaya, berfrilaku tanpa berfikir
terlebih dahulu, dan biasanya suka menurut kata hatinya, gemar bergurau, selalu
siap menjawab dan biasanya suka akan perubahan, riang, tak banyak pertimbangan
(easy going), optimis, suka tertawa dan gembira, cenderung menjadi agressiv dan
cepat hilang kemarahannya, dan tidak selalu dapat dipercaya. Selain itu
orang-orang ekstrovert, intelegasinya felatif rendah, pembendaharaan
kata-katanya kurang, cenderung tidak tetap pada pendirian, umumnya cepat tapi
kurang teliti, mereka tidak begitu kaku dan mereka menyukai lelucon terlebih
mengenai seks.
8.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepribadian individu
Faktor
yang mempengaruhi kepribadian
a. Faktor
Keturunan
Ada
tiga dasar yang menjelaskan bahwa faktor keturunan menentukan kepribadian
seseorang, diantaranya yaitu :
1)
Berfokus pada
penyokong generasi dari perilaku dan tempramen anak-anak. Bukti menunjukan bahwa sifat-sifat seperti
perasaaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan
dengan karakteristik generasi bawaan.
2)
Berfokus pada
anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Kepribadian anak kembar yang dibesarkan di keluarga yang
berbeda ternyata lebih mirip dengan saudara kembarnya
dibandingkan dengan kepribadian saudata-saudara kandung yang dibesarkan bersama-sama.
3)
Meneliti
konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
b.
Faktor Lingkungan
Lingkungan
atau tempat dimana kita tumbuh dan dibesarkan, norma dalam keluarga,
teman-teman dan kelompok sosial dan pengaruh-pengaruh lain.[7]
BAB
III
KESIMPULAN
1.
KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh
para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai merupakan suatu bentuk
penghargaan serta keadaan yang bermanfaat bagi manusia sebagai penentu dan
acuan dalam melakukan suatu tindakan.
Bentuk nilai yang ada di masyarakat dan di dalam
organisasi berdasarkan referensi yang telah dibaca itu memiliki kesamaan, yang
mana bentuk – bentuk nilai yang ada dalam organisasi dan di masyarakat,
diantaranya :
a.
Penghargaan akan
orang lain
b.
Percaya dan
mendukung orang lain, sedangkan individunya sendiri harus mampu bertanggung
jawab
c.
Pengamanan
kekuasaan (mengurangi tekanan pada wewenang)
d.
Konfrontasi
(masalah yang tidak disembunyikan)
e.
Pertisipasi
(melibatkan orang-orang yang mempunyai potensi dalam proses pengembangan
organisasi)
Sedangkan
bentuk – bentuk nilai yang ada dalam dunia pendidikan, diantaranya :
a.
Religiusitas
b.
Sosialitas
c.
Gender
d.
Keadilan
e.
Demokrasi
f.
Kejujuran
g.
Kemandirian
h.
Daya juang
i.
Tanggungjawab
j.
Penghargaan terhadap lingkungan
Bentuk
– bentuk kepribadian individu, diantaranya :
a. Introvert
Orang yang berkepribadian introvert ialah mereka yang
bersikap cenderung tertutup dan tidak terlalu suka bercanda gurau.
b. Ekstrovert
Orang yang memiliki kepribadian ekstrovert ialah mereka
yang bersikap cenderung terbuka dan suka dengan bercanda gurau.
2.
SARAN
Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya bahwa nilai
merupakan penghargaan yang dapat berfungsi sebagai acuan yang bisa mengatur
tingkah laku setiap orang, dengan adanya nilai diharapkan setiap orang dapat
bertindak sesuai dengan norma yang diharapkan oleh masyarakat, denagn begitu dapat
meminimalisir terjadinya bentuk – bentuk penyimpangan yang akan merugikan baik
dirinya sendiri maupun orang yang ada di sekitarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Fremont
E Kast dan James E Rosenzwig.1995.Organisasi
dan Manajemen.Jakarta:Bumi Aksara.
Herimanto
dan Winarno.2011. Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
James L Gibson,John M Ivancevich dan James H Donnelly JR.1996.Organisasi
Perilaku
Struktur
dan Proses.Jakarta:Erlangga.
Nasution.2011.Sosiologi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara.
Nurul Zuriah.2008.Pendidikan Moral
dan Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan.Jakarta:Bumi
Aksara
[1] Drs. Herimanto M.Pd M.Si, winarno S.Pd M.Si, ilmu sosial dan budaya
dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hal. 126-127
[2] Ibid, halaman 128-129
[3] Fremont E Kast,James E Rosenzwig,Organisasi
dan Manajemen,Jakarta:Bumi Aksara,1995,Hlm 33
[4] James L Gibson,John M Ivancevich,James H Donnelly JR,Organisasi Perilaku Struktur dan Proses,Jakarta:Erlangga,1996,Hlm
7
[5]
Prof. Dr. Nasution MA, Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2011, hlm
133.
[6] Dra Nurul Zuriah M.Si,Pendidikan
Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan,Jakarta:Bumi
Aksara,2008,Hlm 39
[7] WWW.GOOGLE.COM
Makasih Bro ...!!!
BalasHapusmau tanya, pengertian menurut darji darmodihajo referensinya buku apa, dan tahun terbitnya juga pada halaman berapa buku tersebut menjelaskan itu
BalasHapustolong dijawab ya !!! please
BalasHapusVan
BalasHapusizmir
Artvin
Tunceli
Eskişehir
T5Z1W
bartın evden eve nakliyat
BalasHapusbitlis evden eve nakliyat
diyarbakır evden eve nakliyat
kars evden eve nakliyat
nevşehir evden eve nakliyat
SGS
2EC1E
BalasHapusEskişehir Evden Eve Nakliyat
Edirne Şehirler Arası Nakliyat
Hakkari Lojistik
Kars Parça Eşya Taşıma
Elazığ Şehir İçi Nakliyat
Hakkari Parça Eşya Taşıma
Tekirdağ Çatı Ustası
Ordu Lojistik
Çerkezköy Çamaşır Makinesi Tamircisi
EB25C
BalasHapusbinance %20 referans kodu
9F3FF
BalasHapusSohbet Siteleri
sivas seslı sohbet sıtelerı
Niğde Canlı Sohbet Bedava
diyarbakır rastgele canlı sohbet
en iyi görüntülü sohbet uygulamaları
giresun bedava görüntülü sohbet
sivas görüntülü sohbet yabancı
tokat canli goruntulu sohbet siteleri
kızlarla canlı sohbet
E4C58
BalasHapusBitcoin Madenciliği Nedir
Binance Ne Zaman Kuruldu
Bitcoin Kazanma
Facebook Takipçi Satın Al
Luffy Coin Hangi Borsada
Linkedin Takipçi Satın Al
Bitcoin Nedir
Twitter Takipçi Satın Al
Paribu Borsası Güvenilir mi